Powered By Blogger

Selasa, 08 Desember 2009

WATAK MANUSIA DALAM AL-QUR’AN DAN PSIKOLOGI
Watak Manusia dalam Al-Qur’an dan Psikologi

I. PENDAHULUAN
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesifik, dilihat dari segi fisiknya maupun non fisiknya. Ditinjau dari segi fisik, tidak ada makhluk lain yang memiliki tubuh yang sesempurna manusia. Dari segi non fisik, manusia memiliki struktur rohani yang sangat membedakan dengan makhluk lain.
Jasmani atau fisik manusia dikaji dan diteliti oleh disiplin ilmu anatomi, biologi, ilmu kedokteran, maupun ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan jiwa manusia dipelajari secara khusus oleh psikologi. Kata psikologi mengandung kata psyche, yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu, sehingga psikologi disebut juga ilmu jiwa. Psikologi sendiri adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dalam berhubungan dengan lingkungannya. Dalam perkembangan selanjutnya, para ahli melihat bahwa psikologi memiliki keterkaitan dengan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan batin manusia yang dalam, yaitu agama.
Pada dasarnya banyak teori yang dikembangkan dalam mengenal kepribadian. Dari sekian banyak teori yang telah memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu psikologi, terdapat teori yang mengemukakan adanya lima bentuk tipe kepribadian yang dikembangkan oleh Mc Crae dan Costa yang dikenal dengan Big Five Personality. Dalam teori tersebut terdapat lima bentuk kepribadian yang mendasari prilaku individu. Dalam makalah ini akan dipaparkan tipe-tipe kepribadian tersebut yang juga berlandaskan Al-Qur’an.

II. TUJUAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :
A. Watak Neuroticism
B. Watak Extrovert dan Introvert
C. Watak Agreeableness
D. Watak Conscientiousness
E. Watak Openness to Experience

III. PEMBAHASAN
A. Watak Neuroticism
Watak Neuroticism disebut juga dengan istilah negative emotionality. Tipe kepribadian ini bersifat kontradiktif dari hal yang menyangkut kestabilan emosi dan identik dengan segala bentuk emosi yang negatif, seperti munculnya perasaan cemas, sedih, tegang, dan gugup. Mc. Crae dan Costa menggolongkan tipe ini pada dua karakteristik. Individu dengan tingkat neurotis tinggi disebut kelompok reactive (N+) dan bagi kelompok dengan neurotis rendah disebut kelompok resilient (N-).
Pada individu resilient, mereka memiliki kekhawatiran yang rendah, sikap yang ditunjukkan cenderung tenang, tidak mudah marah, dan optimis. Dalam Al-Qur’an pribadi yang tenang ditunjukkan pada QS. Al-Fajr ayat 27-30
•     •                  
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Manusia yang memiliki jiwa ini di dalam rangkaian ayat 27-30 surah Al-Fajr diindikasikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Cenderung ingin kembali dan ingin dekat kepada Allah
b. Menerima dengan rela dan puas segala apa yang digariskan Allah kepadanya.
c. Hatinya tidak cemas, lagi bersedih karena merasa optimis untuk memperoleh rahmat Allah.
d. Kecenderunganna bergabung dengan hamba-hamba Allah yang shalih untuk mencari kebaikan dan mencontoh keteladanan mereka.
e. Merasa mantap atas dasari iman yang benar, amal-amal shalih yang nyata, dan atas keyakinan bahwa ia pasti dibalas oleh Allah di akhirat.
Adapun pribadi tidak mudah marah (sabar) ditunjukkan dalam QS. An- Nahl: 126
     
Artinya: Jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Dari paparan Al-Ghazali mengenai lingkup wilayah sabar dapat ditegaskan bahwa kesabaran yang dimiliki manusia seharusnya mengharuskan sikap aktif dalam beberapa hal, yaitu terus menerus dalam menjunjung sikap taat kepada Allah, terus menerus berusaha menghindarkan diri dari tindakan-tindakan maksiat kepada Allah. Dan tempat tegar dan optimis serta tabah dalam menghadapi hal-hal yang secara lahiriyah tidak menyenangkan seperti bersabar dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan.
Pribadi optimis ditunjukkan dalam QS. Yusuf: 87
                    
Artinya: Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Optimis berarti memandang kehidupan serba cerah dan penuh harapan yang terkait dengan upaya bagaimana mengembangkan kekuatan, keimanan, dan keyakinan.
Sebaliknya pada orang reactive akan menunjukkan sikap yang terlalu khawatir yang sulit baginya bersikap tenang. Individu reactive akan menunjukkan sikap dan prilaku yang mudah marah, mudah putus asa.
Dalam Al-Qur’an pribadi yang mudah putus asa ditunjukkan dalam QS: Az-Zumar: 53
            •    •     
Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

B. Watak Extrovert dan Introvert
Menurut Mc Crae dan Costa, tipe kepribadian extrovert merupakan dimensi yang menyangkut hubungannya dengan prilaku suatu individu khususnya dalam hal kemampuan mereka menjalin hubungan dengan dunia luarnya. Pada pribadi extrovert akan ditunjukkan melalui sifatnya yang hangat, ramah, pemurah, penuh kasih sayang serta selalu menunjukkan keakraban terutama pada orang yang telah ia kenal. Pribadi extrovert dalam Al-Qur’an pribadi yang pemurah ditunjukkan dalam QS. Al-Hasyr ayat 9
      
Artinya: siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung

Jiwa yang pemurah berarti jiwa yang menjadi sumber dorongan untuk memberi, menolong, dan membantu.
Sedangkan kepribadian introvert ditunjukkan melalui rendahnya kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial mereka. Ia cenderung memiliki sifat dengki, seperti yang terdapat dalam QS. An Nisa ayat 54
  ••                
Artinya: ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

Dengki sendiri adalah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya.
Muslim sejati memiliki karakter malu (haya’). Sifat malu merupakan sebuah sikap mulia yang senantiasa mendorong seseorang untuk menghindari perbuatan-perbuatan buruk dan melindungi dirinya dari mengabaikan kewajiban-kewajibannya terhadap orang-orang yang memiliki hak atas dirinya.
Sikap malu ini akan melindungi dirinya dari semua kesalahan, tidak hanya karena ia merasa malu dihadapan manusia, namun karena ia juga merasa malu di hadapan Allah, dan khawatir “mengacaukan keimanannya dengan kesalahan”. Firman Allah QS. Al-An’am ayat 82
          
Artinya: orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

C. Watak Agreeableness
Tipe kepribadian ini menurut Timothy, mengidentifikasikannya dengan perilaku proporsional yang termasuk di dalamnya adalah perilaku yang berorientasi pada altruisme, rendah hati, dan kesabaran. Kepribadian ini diidentifikasikan pada dua golongan. Pada skor yang tinggi disebut adapter dan pada skor rendah termasuk golongan challenger.
Pada individu adapter selalu memandang individu lain sebagai orang yang jujur dan memilik iktikad baik terhadapnya. Mereka selalu berterus terang terhadap lingkungan sekitarnya dan selalu berusaha mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Orang yang berkata atau bersikap atau berbuat yang sebenarnya, sesuai dengan kata hatinya disebut orang jujur. Al Qur’an menekankan pentingnya kejujuran, dalam arti setiap orang bertindak dan bersikap jujur. Pribadi yang jujur terdapat dalam At-Taubah ayat 119, yaitu:
       
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

Sebaliknya pada tipe challenger, ia akan selalu memandang orang lain dengan perasaan ragu-ragu, khawatir, curiga, dan cenderung sinis. Mereka enggan melakukan sesuatu untuk orang lain dan memandangnya sebagai hal yang terlalu berbelit-belit. Mereka cenderung tinggi hati dan merasa memiliki banyak kelebihan dibandingkan orang lain. Dalam Al-Qur’an, tipe sombong/tinggi hati terdapat dalam Surat Luqman ayat 18-19
   ••  •   •  •    •  
       •    
Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Tinggi hati atau sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain, sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa benar lebih besar, lebih dihormati, lebih mulia, lebih pintar, lebih kaya dan lebih beruntung dari yang lain. Adapun pribadi berprasangka buruk/curiga terdapat dalam QS. Al Hujurat ayat 12
           
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

D. Watak Conscientiousness
Tipe kepribadian ini untuk mengidentifikasi sejauh mana individu memilki sikap yang hati- hati dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang termanifestasikan dalam sikap dan perilaku mereka. Mc Crae dan Costa mengategorikan individu yang memiliki Low conscientiousness sebagai kelompok flexible person dan sebaliknya pada level yang tinggi (high conscientiousness) disebut sebagai focused person
Flexible person ditunjukkan melalui sikap individu yang selalu merasa tidak siap dalam segala hal. Mereka memiliki kebiasaan untuk menunda-nunda kebiasaan serta sering menunjukkan kekacauan atau kebingungan dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Sifat ceroboh seperti ini terdapat dalam QS. Al Hujurat ayat 6
       •         
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

` Sebaliknya pada focused person cenderung menampakkan sikap merasa mampu dalam melakukan segala sesuatu secara efektif. Focused person lebih berhati-hati dalam menyelesaikan segala kewajiban yang dibebankan kepadanya dan dapat serta lebih terkendali dalam menjalankan kewajiban guna mencapai kesuksesan yang diharapkan. Mereka cenderung memiliki sikap amanah yang terdapat dalam QS. An Nisa ayat 58


•       
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,

E. Watak Openness to Experience
Tipe ini mengidentifikasi seberapa besar suatu individu memiliki ketertarikan terhadap bidang-bidang tertentu secara luas dan mendalam. Dalam tipe ini pada individu terdapat dua kecenderungan yaitu pertama, individu cenderung memiliki keinginan yang lebih terhadap sesuatu hal tertentu yang melebihi individu lainnya atau orang yang mempunyai tingkat keterbukaan yang tinggi (high openness) yang disebut explorer (O+). Kedua, individu yang mempunyai keinginan rendah atau keterbukaan yang rendah terhadap pengalaman (low openness) yang disebut preserver (O-).
Menurut Mc Crae dan Costa individu presever cenderung lebih berfokus pada hal-hal yang sedang terjadi saat ini saja, tidak tertarik pada seni dan nilai estetika, tertarik pada hal-hal yang dikenalnya saja, dan kaku dalam memandang nilai-nilai kehidupan.
Orang dengan tipe seperti ini cenderung sempit pikiran dan wawasan, sebagaimana dalam QS. Fushilat ayat 53
       •            
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?


Serta dalam QS. Al-Hajj ayat 46
              •         
Artinya: Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Sedangkan individu explorer menunjukkan sikap yang imajinatif dan suka berangan-angan, tertarik pada hal-hal baru, cerdas, berani, demokratis dan terbuka terhadap nilai-nilai kehidupan atau fleksibel. Dalam Al-Qur’an pribadi yang cerdas terdapat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107.
    
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu(Muhammad) (dengan sifat cerdas), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Pribadi demokratis diterangkan dalam QS. dalam Q.S. Az-Zumar ayat 17-18
            
              
Artinya: Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya[1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.

Orang yang berdemokrasi diisyaratkan oleh al Qur’an sebagai orang-orang yang berakal atau yang berjiwa sehat.

IV. SIMPULAN
Watak Neuroticism (negative emotionality) adalah tipe kepribadian yang bersifat kontradiktif dari hal yang menyangkut kestabilan emosi seta identik dengan segala bentuk emosi yang negatif, seperti munculnya perasaan cemas, sedih, tegang, dan gugup. Terkait hal tersebut, pribadi yang tenang ditunjukkan pada QS. Al-Fajr ayat 27-30.
Kepribadian extrovert merupakan dimensi yang menyangkut hubungannya dengan prilaku suatu individu khususnya dalam hal kemampuan mereka menjalin hubungan dengan dunia luarnya. Pribadi extrovert dalam Al-Qur’an pribadi yang pemurah ditunjukkan dalam QS. Al-Hasyr ayat 9. Sedangkan kepribadian introvert ditunjukkan melalui rendahnya kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial mereka. Ia cenderung memiliki sifat dengki, seperti yang terdapat dalam QS. An Nisa ayat 54.
Kepribadian Agreeableness adalah perilaku yang berorientasi pada altruisme, rendah hati, dan kesabaran. Kepribadian ini diidentifikasikan pada dua golongan. Pribadi tersebut terdapat dalam At-Taubah ayat 119, Luqman ayat 18-19, serta Al Hujurat ayat 12.
Kepribadian Conscientiousness untuk mengidentifikasi sejauh mana individu memilki sikap yang hati-hati dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang termanifestasikan dalam sikap dan perilaku mereka. Kepribadian ini disebutkan QS. Al Hujurat ayat 6 dan An Nisa ayat 58.
Watak Openness to Experience mengidentifikasi seberapa besar suatu individu memiliki ketertarikan terhadap bidang-bidang tertentu secara luas dan mendalam. Kepribadian ini tercantum dalamQS. Fushilat ayat 53, Al-Hajj ayat 46, Al-Anbiya’ ayat 107. Serta Az-Zumar ayat 17-18.

V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami tuliskan. Dengan keterbatasan kami, kami mohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini. Kritik yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca. Semoga sedikit tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca.

REFERENSI


Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Gerungan W. A. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Ghufron, Nur dan Rini Risnawati S, 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nawawi, Rif’at Syauqi Kepribadian Qur’ani. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.
Tips manajemen waktu dan manajemen aksi Sebagai mahasiswa tentunya kita sering merasa kebimbangan antara organisasi dengan kuliah. Terkadang diantara dua hal tersebut terjadi ketidakseimbangan pengaturan wktu maupun aplikasi aksi. Sehingga hasil yang tercapai pun kurang maksimal atau hanya berhasil pada salah satu hal. Lalu bagaimanakah supaya prestasi akademik kita tetap terjaga dan terus meningkat, namun kita juga bisa aktif dalam kegiatan organisasi?
Nah, ini ada beberapa tips yang patut dicoba, apa itu?
Mari kita cermati bersama:
Ada sebuah kata-kata bijak:
  • Mencintai apa yang kita lakukan dengan sepenuh hati
  • mempunyai sikap positif dan kemampuan yang cukup untuk mewujudkan apa yang kita inginkan
  • Mengolah pengalaman buruk, seperti kekecewaan dan futur menjadi dorongan untuk mengasah kekuatan/keunggulan
  • Mengambil keputusan hidup secara mandiri (pilihan kita), serta menjalankan hidup dengan disiplin berdasarkan sasaran yang kita inginkan
  • yang terakhir...
Ini yang paling penting, "saat kita melakukan kegiatan pilihlah kegiatan yang penting dan mendesak."
Ukuran penting itu, tiap orang ukurannya berbeda-beda. Dan hanya kita sendiri yang tahu ukuran itu.
"Untuk meraih prestasi yang besar kita harus bermimpi, kemudian menvisualisasikan, lalu merencanakan, meyakini, dan melakukan